Pertanyaan:
Pertanyaannya yang kedua: “Apakah jodoh sudah ditakdirkan bagi seseorang sejak ia belum diciptakan?”
Jawaban:
Ya. Jodoh termasuk bagian dari rezeki. Sedangkan rezeki telah ditetapkan bagi seseorang sejak dia masih dalam perut ibunya.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk air mani, lalu segumpal darah selama itu juga, lalu segumpal daging selama itu juga, lalu malaikat akan datang kepadanya, dan diperintahkan untuk meniupkan nyawa kepadanya, lalu diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu menuliskan rezekinya…” Perhatikanlah, beliau menyebutkan rezeki di urutan pertama! “menuliskan rezekinya, ajalnya, amalannya, dan akan menjadi orang sengsara atau bahagia.”
Sedangkan jodoh termasuk bagian dari rezeki, sehingga jodoh telah ditetapkan bagi seseorang saat masih berada di perut ibunya. Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari riwayat Abdullah bin Amr dalam Shahih Muslim.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis takdir segala sesuatu 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” Segala hal telah tertulis; tidak hanya jodoh. Segala yang Allah takdirkan bagi hamba-Nya telah tertulis.
Oleh sebab itu, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Untuk apa beramal? Apakah untuk hal yang telah ditetapkan, atau yang baru akan ditetapkan?” Beliau menjawab, “Untuk hal yang telah tertulis dan ditetapkan.” Mereka bertanya, “Kalau begitu, untuk apa beramal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Beramallah, karena semua dimudahkan menuju kodrat penciptaannya.” Yakni kamu tidak tahu apa yang ditakdirkan bagimu; maka beramallah, karena semua orang dimudahkan menuju kodrat penciptaannya.
Takdir adalah rahasia Allah Ta’ala terhadap makhluk-Nya. Oleh sebab itu, para Salaf melarang terlalu mendalam memikirkan qadha dan qadar. Mengapa? Karena ia di luar jangkauan akal manusia. Akal manusia sangat terbatas. Tidak mungkin dapat memahami seluruh detail masalah takdir. Namun, kita mengimaninya sebagaimana yang disebutkan dalam nash yang ada dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berdasarkan pemahaman para Sahabat dan Tabi’in. Itulah batas pengetahuan kita tentang qadha dan qadar. Ada banyak hal yang berada di luar jangkauan akal kita.
====
سُؤَالُهَا الثَّانِي الزَّوَاجُ هَلْ هُوَ مُقَدَّرٌ عَلَى الْإِنْسَانِ قَبْلَ خَلْقِهِ؟
نَعَمْ الزَّوَاجُ وَهُوَ مِنْ جُمْلَةِ الرِّزْقِ وَالرِّزْقُ يُكْتَبُ لِلْإِنْسَانِ وَهُوَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ عَلَاقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَأْتِيهِ الْمَلَكُ وَيُؤْمَرُ بِنَفْخِ الرُّوحِ فِيهِ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ لَاحِظْ أَنَّهُ ذَكَرَهَا الْأُولَى بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
وَالزَّوَاجُ هُوَ مِنْ جُمْلَةِ الرِّزْقِ فَيُكْتَبُ لِلْإِنْسَانِ الزَّوَاجُ وَهُوَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ بَلْ إِنَّ النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَقُولُ كَمَا فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ
يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ فَكُلُّ شَيْءٍ مَكْتُوبٌ لَيْسَ فَقَطْ الزَّوَاجُ كُلُّ مَا قَدَّرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى الْعَبْدِ فَهُوَ مَكْتُوبٌ
وَلِهَذَا لَمَّا سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَ الْعَمَلُ؟ أَفِيْ أَمْرٍ قَدْ فُرِغَ وَقُضِيَ مِنْهُ أَوْ فِيمَا يُسْتَقْبَلُ؟ فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِيمَا قَدْ كُتِبَ وَفُرِغَ مِنْهُ قَالُوا فِيمَ الْعَمَلُ إِذَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ يَعْنِي أَنْتَ لَا تَدْرِي مَا الَّذِي كُتِبَ لَكَ فَاعْمَلْ أَنْتَ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقْتَ لَهُ
وَالْقَدَرُ هُوَ سِرُّ اللَّهِ تَعَالَى فِي خَلْقِهِ وَلِذَلِكَ نَهَى السَّلَفُ عَنِ التَّعَمُّقِ فِي مَسَائِلِ الْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ لِمَاذَا؟ لِأَنَّهَا فَوْقَ مُسْتَوَى عَقْلِ الْإِنْسَانِ يَعْنِي عَقْلُ الْإِنْسَانِ الْبَشَرِيِّ الْمَحْدُودُ لَا يَسْتَطِيعُ الْإِحَاطَةَ بِتَفَاصِيْلِ مَسَائِلِ الْقَدَرِ لَكِنْ نَحْنُ نُؤْمِنُ بِهَا عَلَى مَا وَرَدَ فِي النُّصُوصِ مَا وَرَدَ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى ضَوْءِ فَهْمِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ هَذَا هُوَ حُدُودُ مَعْرِفَتِنَا بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ هُنَاكَ أُمُورٌ خَارِجَةٌ عَنْ مُسْتَوَى يَعْنِي عَقْلِنَا